Rabu, 15 April 2015

Sebuah Tempat, Jauh di Dalam Sana

Ada sebuah tempat kosong yang jauh di dalam sana. Tempat yang aku tahu dimana letaknya, namun tak mengerti secara pasti apakah di sana benar-benar kosong atau hanya sebuah rasa sementara yang sekejap hadir dan akhirnya menghilang. Berjuta kali aku berupaya menutup rapat tempat itu, menolak datangnya penghuni baru untuk menempatinya, sebab aku takut jika seseorang benar-benar mampu menempatinya dan akan sulit aku mengizinkannya pergi dari sana. Sebab aku takut jika suatu hari nanti ia bosan menempatinya dan aku tak mampu melepasnya pergi untuk mencari tempat lain.
Kini, tempat itu benar-benar tak berpenghuni. Semenjak tempat itu tak lagi menjadi tempat persinggahan, aku berusaha meninggalkan tempat kosong nan gelap itu, meniadakannya dan mengalihkan pandanganku dengan berbagai cahaya kebahagiaan yang diberikan oleh mereka yang ada di sekitarku. Meskipun tak semudah dan semulus jalan tol, pada akhirnya aku bisa keluar meninggalkan kegelapan di tempat itu. Hanya saja tak pernah berlangsung lama. Butuh usaha yang keras untuk benar-benar bisa lepas dari kenangan yang terjadi di tempat kosong itu. Berulang kali aku mencoba melihat ke depan, mengalihkan pandanganku. Namun, beberapa jam kemudian tak kuasa aku menahan diri untuk menengok sebentar ke dalam ruangan gelap itu sambil berharap seseorang akan kembali kesana dan tersenyum mengulurkan tangannya untuk kedua kalinya.
Namun itu semua tidak mungkin, kecuali Tuhan sendiri yang memintanya kembali untuk  menyeka air mataku. Sebab seseorang itu telah menemukan tempat yang lebih nyaman, sesuai dengan keinginannya, sehingga suatu ketidakmungkinan jika ia berusaha kembali menempati ruang kosong dan gelap itu.
Tidak mengapa.
Manusia diciptakan untuk memilih tempat pemberhentian ternyaman untuk dirinya. Salah memilih akan berakibat fatal bagi dirinya dan orang lain. Begitupun denganku.
Aku tidak akan memaksa dirinya untuk kembali menempati ruang kosong itu. Sebab aku yakin akan ada orang yang tepat untuk menempati ruang itu dengan kenangan yang lebih baik dan mungkin bisa menghapus kenangan yang lama. Namun, untuk saat ini biarlah ruangan itu terkunci rapat sehingga orang lain tak dapat menemukannya. Aku sedang ingin menikmati mencintai seseorang dalam diam. Menikmati bagaimana hakikat cinta yang sebenarnya ; lembut, sunyi dan tidak menyakitkan.
Alurnya tidak dipaksa menjadi indah, namun mengalir begitu indah seperti arus sungai yang perlahan namun pasti menuju ke laut sebagai tujuan akhirnya.
Biarlah perasaan yang aku miliki sat ini seperti arus sungai. Mengalir lembut tanpa dipaksa menjadi deras namun menabrak berbagai batu karang dan meninggalkan goresan penuh luka.
Karena sejatinya, cinta tulus bukanlah cinta yang ditunjukkan di saat yang tidak tepat, namun adalah cinta yang dilepaskan demi kebaikan bersama, sebab jika terus digenggam akan semakin menyakitkan. 

Tidak ada komentar :

 
Header Background Designed by Freepik