Coba tataplah dirimu di cermin. Apa yang kau temukan, ukhti ?
Sebuah wajah dengan paras nan ayu, dua buah mata yang bening dan sayu,
hidung yang meskipun tidak mancung namun terlihat begitu sempurna tanpa
kekurangan, bibir yang meskipun tidak terlalu merah namun begitu lembut tanpa
cela, serta kedua telinga yang lengkap yang membantu pengendengaranmu dengan
sempurna.
Ukhti, lihatlah di luar sana ..
Bukan hanya engkau yang sedang merasakan ngilunya sakit hati. Ada puluhan,
bahkan ribuan insan sedang dilanda perasaan yang sama, bahkan lebih ngilu dari
apa yang sedang kau rasakan kini. Hanya saja, tidak semua meratap seperti
dirimu.
Di luar sana ..
Banyak sebagian dari mereka berusaha bangkit. Berusaha menyusun puing-puing
harapan yang tersisa, kemudian menyatukan kembali kepingan asa yang pernah
mereka ciptakan, menjadi sebuah harapan baru untuk melangkah menuju masa depan
yang lebih baik.
Memang, awalnya sangat sulit dan melelahkan. Namun mereka semua yakin,
meratap bukanlah hal yang menguntungkan. Meratap dan terus bersedih hanya akan
membuat dirimu selalu dalam ketakutan untuk memulai kehidupan yang baru. Kamu
hanya akan terus berhenti pada satu titik, sedangkan mereka yang bisa bangkit
akan meninggalkan dirimu sendirian, dan kamu akan jauh tertinggal dan semakin
kesepian. Mereka yakin awan tak selamanya mendung, sebab setelah hujan selalu
ada pelangi. Akan selalu ada kebahagiaan yang melebihi rasa sakit yang
diderita.
Ukhti ...
Kehidupanmu tidak akan berakhir hanya karena satu masalah. Masih ada Dzat
yang Maha Sempurna, Dzat yang Maha Kekal, Dzat yang Maha Sayang, Dzat yang tak
pernah lelah memeluk dirimu dan menguatkan langkahmu. Dialah Allah azza wa
jalla. Tuhan semesta alam, pencipta seluruh alam dan seisinya. Dia pula-lah
yang memiliki hati dan diri kita. Jika satu masalah dunia saja dapat
menjatuhkanmu, bagaimana kamu akan mempersiapkan bekal akhiratmu kelak ?
Dunia bukanlah satu-satunya tempat kita abadi. Ada akhirat, tempat kekal
dan tempat terakhir pemberhentian kita. Bukankah seharusnya kita lebih
mempersiapkannya ketimbang memikirkan rasa sakit dunia yang dikatakan oleh
Allah hanya setetes air di luasnya lautan ?
Angkat kepalamu, Ukhti. Jangan lagi kau tundukkan wajah ayumu.
Simpan air matamu, Ukhti. Hanya untuk Allah saja kau boleh menangis.
Kamu tidak sendiri, Ukhti. Ada Allah di sisi-mu.
Coba tanya dirimu, Ukhti. Benarkah akan kau gadaikan kebahagiaan yang telah
menantimu di sana, hanya untuk meratapi sesuatu yang sudah tertinggal jauh di
belakang ?
Apakah engkau yakin akan terus hidup dalam gelapnya masa lalu, padahal di
hadapanmu adalah cahaya terang penuh canda tawa kebahagiaan ?
Semua adalah pilihanmu, Ukhti.
Aku tidak akan memaksamu untuk bangkit, sebab hanya dirimu sendiri-lah yang
mampu melakukannya.
Namun, jika kamu sudah berubah pikiran dan memilih untuk berlari ke arah
cahaya, tidak hanya aku yang akan senantiasa menunggumu. Masih ada puluhan
bahkan ribuan manusia yang akan selalu menunggumu berlari menghampiri kami.
Juga nantinya kamu akan melihat satu cahaya yang paling terang hingga engkau
akan takjub akan cahaya itu. Cahaya itu adalah Allah. Allah tidak pernah lelah
menunggumu, Ukhti. Allah akan selalu menunggu meskipun selama ini kau tak
melihat-Nya. Setelah engkau keluar dari gelapnya masa lalu, Allah yang akan
membantumu melangkah menata masa depan untuk kehidupanmu yang lebih baik.
Semangat ya, Ukhti.
Semoga engkau segera berlari ke arah cahaya itu dan siap meninggalkan
kelamnya masa lalumu. Kami menunggumu. ^^
Tidak ada komentar :
Posting Komentar