Rabu, 30 April 2014

Pertemanan Bersyarat

Terlanjur aku anggap kau teman dekat, hey kamu.
Bahkan dalam benak telah kucantumkan namamu sebagai salah satu daftar sahabat terbaikku.
Ah sudahlah.

Nyatanya kau tetap sama saja.
Sama seperti orang lain,
Datang dan pergi semaunya.
Datang saat perlu, pergi saat tak mau.
Serasa tak ada guna kubuang waktu percuma,
Demi dibuang layaknya sampah bau anyir di TPA.

Tak terasa hampir setahun ..
Tiap mataku menemukan sosokmu, aku mual.
Senyumku seolah enggan ku muntahkan di hadapmu.
Terlalu manis untukmu.
Terlalu basa-basi, kataku.
Aku tahu, ekor matamu sesekali melirik ke arahku berharap aku membalasnya (?) .
Mimpi!
Bahkan melihatmu bernafas saja aku benci.

Pada awalnya, aku sudah tahu.
Persahabatan bersyarat takkan selamanya bertahan.
Iya, bersyarat.
Kau datang karena ada apa-apanya.
Jangan jawab tidak.

Sebelum mengenal cinta, kau bagaikan malaikat.
Sayap putih meronamu menyilaukan.
Hingga tak kutemukan sisi hitammu .

Tersadar, mataku terbuka.
Ego-mu bak duri mengiris hati.
Sayapmu tak lagi bersinar.
Kau terlalu sibuk berbinar,
Oleh kilauan malaikat lain.

Cukup sudah!
Jangan muncul lagi di hadapanku.
Jawabanku tetap sama.
Hatiku terlanjur membeku untukmu.
Terima kasih.
Tak ingin lagi kutemui sosokmu.
Cukup sekali saja.
Tidak untuk selamanya.

Tidak ada komentar :

 
Header Background Designed by Freepik