Jumat, 02 Januari 2015

Hijrahku

Berhijrah merupakan hal yang paling saya inginkan dari dulu. Berhijrah yang saya inginkan adalah saat dimana saya mampu meneguhkan hati menggunakan hijab syar'i yang sesuai dengan aturan-Nya. Setiap kali saya melihat para akhwat yang menggunakan hijab syar'i, rasanya tenang dan membuat saya ingin mengenakannya juga.
Akhirnya niat itu terkabul ketika pertama kali saya mendapatkan gaji mengajar di sebuah SMP swasta di Sidoarjo, tempat sekolah saya terdahulu. Saya gunakan gaji tersebut untuk membeli hijab syar'i pertama saya yang berwarna ungu-coklat. Namun, untuk mendapatkannya tidaklah mudah. Allah menguji keseriusan saya. Ketika saya hendak mengambil barang di JNE daerah Pagesangan, ternyata saya datang terlalu pagi sehingga paket saya belum diserahkan ke pihak JNE. Akhirnya saya memutuskan untuk menghubungi pihak penjual. Benar saja, beliau masih sibuk dengan pekerjaan rumah sehingga belum sempat datang ke JNE. Takut merepotkan, akhirnya saya menawarkan diri untuk mengambil barangnya di rumah beliau. Beliau kemudian memberikan alamat rumahnya. Dengan berbekal feeling , saya bulatkan tekad menuju alamat yang telah diberikan. Jangan dikira mulus. Tidak sama sekali !
Dua kali saya memilih jalan yang salah alias tersesat dan terpaksa harus menanyakan alamat tersebut kepada orang-orang di pinggir jalan. Hingga akhirnya sampailah saya di sebuah perumahan yang sangat asing bagi saya. Setelah melewati pintu gerbang utama, saya masih harus berjuang lagi mencari blok rumah beliau. Pikir saya, pastilah mudah. Toh, hanya mencari blok rumah. Namun ternyata pikiran tersebut tidak sejalan dengan kenyataan. Berpuluh kali bolak-balik di gang yang sama, tak kunjung kutemukan. Sampai akhirnya, beliau menelepon saya. Menanyakan keberadaan saya. Saya katakan dimana saya berada. Beliau menyuruh saya untuk berbalik arah dan berhenti di dekat sebuah mobil pick up hitam. Rumah beliau tepat berada di sebelah mobil hitam tersebut. Ketika saya menemukan mobil yang dimaksud, kaki saya seketika lemas. Bagaimana tidak, saya sudah hampir sepuluh kali melewati mobil yang sama. Rasanya campur aduk saat itu. Ketika saya sudah sampai di rumah beliau dan mendapatkan barang yang saya inginkan, saya memeluk hijab tersebut. Mendapatkannya sangatlah tidak mudah. Namun perjuangan tersebut membuat saya menyayangi hijab tersebut.
Kisah tidak berhenti sampai disitu. Puncaknya saya rasakan ketika saya mulai mengenakan hijab tersebut di sebuah mall di Sidoarjo. Itu adalah pengalaman saya mengenakan hijab yang panjangnya sampai pinggang. Waktu itu saya memanjangkannya sebab rambut saya sangat panjang meakipun sudah diikat rapi. Saat itu saya terpisah dengan keluarga sehingga saya harus berputar ke seluruh mall mencari keluarga saya. Ketika saya tengah kebingungan,berpuluh pasang mata melihat ke arah saya dengan tatapan sini dan heran. Ekspresi mereka bermacam-macam. Ada yang cuek, adapula yang menatap saya tanpa henti. Saya mencoba menghiraukan, namun lama-kelamaan saya merasa risih juga. Karena saya tak kunjung menemukan keluarga saya, saya memutuskan untuk meninggalkan mall menuju tempat parkir dan duduk di samping mobil saya. Saya mengirim SMS kepada mama bahwa saya memilih untuk menunggu di tempat parkie. Saya tidak mampu bertahan di tengah tatapan para pengunjung terhadap saya. Apakah ini karena penampilan saya? Saya coba tersenyum dan menganggap hal tersebut merupakan salah satu ujian Allah atas keseriusan saya.
Begitu pula ketika saya mengenakan hijab ini di kampus. Banyak teman saya yang mengatakan saya tidak pantas mengenakannya meskipun beberapa ada yang bilang saya terlihat lebih anggun mengenakan hijab tersebut. Saya anggap semua komentar tersebut adalah pujian untuk saya. Setidaknya saya sudah berani tampil beda di antara orang lain. Benar bukan?
Saya masih ingat dengan sebuah hadits yang menyatakan bahwa kelak suatu saat nanti Islam akan menjadi asing. Menurut saya, hadits tersebut memang benar adanya. Berhijab syar'i adalah ketentuan dari Allah bukan? Lalu mengapa orang memandang sebelah mata soal kewajiban tersebut?
Semoga Allah membuka mata hati mereka, ya ^^
Doakan juga semoga saya bisa istiqomah dalam berhijrah menjadi insan yang sesuai dengan ketentuan-Nya. Aamiin.
Jazakillah.

4 komentar :

ullien dewi mengatakan...

desti kereeeeennn. semoga istiqomah yaaa :')) pokoknya kudu yakin teruuussss

Desti Aisyah Fauziah mengatakan...

ullien, makasih yaa :* iyaa pasti yakin :D

Unknown mengatakan...

Cerita nya memotivasi kk..

Unknown mengatakan...

Cerita nya memotivasi kk..

 
Header Background Designed by Freepik